sumber: pngtree |
Semua dari kita pastinya memiliki orang tua (wong sepuh). Wong sepuh terkadang memiliki beberapa kebiasaan yang hampir sama karena mereka sudah sepuh (tua) dan tidak aktif bekerja lagi dalam artian sudah pensiun, sehingga kebanyakan dari mereka cenderung lebih santai.
Ini patut kita mengerti karena para sepuh ini sudah bekerja keras di masa mudanya, jadi mereka layak untuk beristirahat, bersantai, menikmati hidup dari hasil kerja kerasnya.
Sementara kaum muda, usia belasan (15-16-17-18-19) - puluhan (20-21), adalah masa-masa aktif dan memaksimalkan tenaganya untuk bekerja keras. Jadi, jika ada kaum muda yang memiliki atau meniru kebiasaan wong sepuh, hmmm..! ini namanya PEMALAS tingkat dewa.
Hampir semua wong sepuh pastinya tinggal sendiri karena semua anak-anaknya sudah memiliki kehidupan rumah tangga masing-masing dan tak jarang tinggal berbeda kota. Tetapi, ada kalanya mereka ditemani serumah/seatap oleh anaknya atau cucunya.
Nah, disini kita akan membahas tentang BAGAIMANA seharusnya kita memilihkan teman untuk menemani wong sepuh kita.
Jika ada dua pilihan:
Pertama: Ditemani oleh satu orang yang tidak hanya menemani secara fisik, tetapi juga membantu sepenuh hati ATAU Kedua: Ditemani beberapa orang tetapi justru malah membebani. Mana yang akan kalian pilih?... PASTInya yang pertama kan... Yess..!! Jika kalian pilih yang pertama, berarti kalian termasuk orang-orang yang perduli dan sayang terhadap wong sepuh kalian.
Apa arti MEMBANTU MENEMANI...? Artinya adalah orang yang tinggal bersama seatap/serumah dengan wong sepuh itu tidak hanya bertindak menemani saja secara fisik, tetapi juga membantu mengambil alih pekerjaan-pekerjaan rumahnya, seperti: menyapu, menge-pel, menyirami tanamannya, mencuci (meskipun dengan mesin cuci), menyetrika, belanja, dan preparing masakan ('preparing' ya, karena terkadang wong sepuh lebih suka eksekusi langsung masakan mereka), JADI 'preparing' disini adalah menyiapkan semua bahannya: mengiris bawangnya, meng-uleg bumbunya, dll, sehingga wong sepuhnya tinggal cemplung-cemplung saja ketika memasak. Jadi, yang berat-berat itu dikerjakanlah oleh orang yang bertugas menemani yang tinggal serumah-seatap. Ok, dari sini paham ya...
Lalu apa bedanya dengan MENEMANI MEMBEBANI...? Disini artinya adalah orang yang tinggal bersama seatap/serumah dengan wong sepuh ini hanya sekedar menemani secara fisik saja, tetapi TIDAK MEMBANTU mengambil alih/meringankan pekerjaan-pekerjaan rumahnya, seperti: ya hanya menemani, sibuk dengan kegiatannya sendiri, bermain hp, di depan laptop pura-pura sibuk belajar dari pagi buta sampai tengah malam, sehingga wong sepuh ini justru yang mengerjakan pekerjaan rumah sendirian dan bahkan melayani semua kebutuhan anak muda ini. Wong sepuh ini harus menyirami tanamannya sendiri, belanja sendiri, dan bahkan memasak sendiri. Ketika masakan sudah matang, si anak muda ini tinggal makan. Inilah tipe orang yang hanya MENEMANI MEMBEBANI. Jadi sebenarnya, keberadaan mereka sama sekali TIDAK BERMANFAAT karena justru menjadi beban bagi wong sepuh yang seharusnya sudah saatnya istirahat, santai, menikmati hidup, jadi malah HARUS melayani dan mengurusi anak muda belasan tahun yang PEMALAS.
Kita harus PEKA dengan situasi dan kondisi wong sepuh kita, jangan sampai wong sepuh kita ditemani oleh tipe orang yang hanya MENEMANI MEMBEBANI. Hal itu mungkin di awal tidak terasa berat bagi wong sepuh, tetapi lama-kelamaan akan memberatkan dan bisa jadi membuat wong sepuh kita celaka.
Jika memang wong sepuh kita ditemani oleh cucunya yang sudah besar, usia belasan (15th - 19th), maka ajarkan anak2 muda ini untuk PEKA dan membantu pekerjaan rumah neneknya. Karena anak-anak usia 15-16-17-18-19 th itu sudah seharusnya dididik untuk bertanggung jawab mengerjakan pekerjaan2 rumah, apalagi jika cucunya seorang PEREMPUAN. Sebanyak apapun uang anda, jangan memanjakan anak-anak anda/cucu anda, apalagi membiarkan remaja perempuan muda ini melakukan tindakan tidak sopan dengan menyuruh-nyuruh orang yang lebih tua untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah termasuk menyuruh mencucikan pakaian remaja perempuan muda ini bahkan mencucikan baju2 dalamnya dan menyetrikakannya. Ini sangatlah TIDAK MENDIDIK bagi para muda ini.
Perilaku yang TIDAK PEKA dari remaja muda ini bisa membuat wong sepuh kita celaka. CONTOH: karena remaja muda ini tidak peka, tidak punya inisiatif untuk membersihkan rumah neneknya, tidak mau menyirami tanaman neneknya, sehingga neneknya sendiri yang melakukan itu semua, menyirami tanaman, lalu terpeleset, jatuh, sehingga tangannya patah. INI kejadian yang nyata terjadi. Atau ketika anak-anak muda ini tidak peka terhadap kondisi rumah yang kotor, berdebu, sehingga si AYAH atau PAKDHE ini yang membersihkan garasi rumah baru yang ditempati neneknya, lalu si AYAH/PAKDHE ini terpeleset sehingga kakinya bocor berdarah-darah. Bisa dibayangkan seperti apa...?... Dua orang berusia tua (nenek dan ayah/pakdhe) menjadi KORBAN karena para muda yang tidak peka, pemalas, dan hanya menjadi beban wong sepuh.
Bukalah mata, hati, telinga kalian semua bahwa memilih teman seatap-serumah bagi wong sepuh itu sangatlah PENTING. Bukan hanya sekedar menemani secara fisik tetapi selebihnya justru malah menjadikan beban bagi wong sepuh kita.
Kembali lagi kepada sifat PEKA. Satu orang PEKA jauh lebih berharga dibandingkan 5 orang EGOIS, PEMALAS dan TIDAK PEKA.
Ajari para muda ini (khususnya remaja perempuan muda ini) untuk TIDAK PEMALAS, TIDAK EGOIS, dan bersikap sopan terhadap yang lebih tua, karena nantinya mereka juga akan menua. Apalagi anak remaja perempuan, sudah selayaknya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga meskipun hanya sekedar menyirami tanaman, menyapu, mencuci piring/gelas kotor, atau mencuci bajunya sendiri dengan mesin cuci. Coba bayangkan, sudah ada mesin cuci, tetapi masih berani menyuruh orang yang lebih tua yang masih saudara ayahnya untuk mencucikan bajunya, menyetrikakannya. Apakah yang seperti ini beradab..? Sepertinya SANGAT TIDAK BERADAB.
Sebagai CONTOH lainnya: saya tinggal berdua dengan ibu saya yang termasuk kategori lansia atau wong sepuh, disini saya tidak pernah membiarkan ibu saya menyiram-nyiram tanaman, tidak pernah membiarkan ibu saya menyapu apalagi menge-pel, dan tidak pernah membiarkan ibu saya belanja dan memasak. Semua pekerjaan rumah adalah tanggung jawab saya, saya mengerjakan semuanya disamping pekerjaan kantor saya. Semua itu bisa saya lakukan karena pembagian waktu yang tepat mulai dari dini hari sampai saat saya harus berangkat bekerja di luar rumah. JADI, ibu saya benar-benar hanya fokus pada kegiatannya sendiri seperti: menonton televisi, membaca Qur'an, bermain hp - wa dengan grup2 teman lansianya, berjemur matahari, dan leyeh-leyeh (santai-santai). Pkl. 03.00 dini hari kami sudah bangun, melakukan sholat malam, lalu menunggu subuh pkl. 04.00, setelah sholat subuh, biasanya kami menonton TV sambil minum segelas kopi susu, ibu saya masih melanjutkan menonton TV sementara saya sudah sibuk beberes rumah, menyiapkan makanan untuk ibu saya, menyirami tanaman2, dan memberi makan kucing kesayangan saya. Pkl. 06.00 pagi saya berangkat ke rumah suami saya untuk memasakkan makanan untuk suami saya, membereskan rumahnya, memberi makan kucing yang ada di rumah suami saya dan kemudian saya berangkat bekerja ke kampus. Inilah salah satu CONTOH kegiatan saya bersama ibu saya dan kegiatan saya mengurus suami saya. Memang seharusnya kita memperlakukan wong sepuh kita dengan istimewa, hanya untuk fokus pada diri mereka sendiri tanpa harus dibebani dengan pekerjaan-pekerjaan rumah apalagi belanja & memasak.
INTInya adalah JANGAN mendidik ramaja muda untuk menjadi PEMALAS, karena itu akan merugikan diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita. Didiklah para muda untuk mengatur waktunya dengan baik, berdisiplin dan peka terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. JANGAN hanya memfokuskan para remaja muda ini dengan NILAI yang bagus karena apalah arti sebuah nilai yang bagus jika BERPERILAKU TIDAK BERADAB.
Bagi para muda, PEKA-lah terhadap orang di sekitar kalian. Ketika melihat si nenek angkat siram-siram tanaman, langsung ambil alih untuk menyiram tanaman tersebut, esok harinya lakukan itu secara rutin dengan kemauan sendiri. Ketika si nenek angkat akan belanja, langsung ambil alih, tawarkan apa yang mau dibeli yang kamu bisa pergi jalan kaki untuk belanja. Gunakan kaki dan tangan-mu secara nyata, jangan hanya maunya diantar kesana kesini naik motor dan mobil tanpa mau menggunakan kaki secara nyata, jangan hanya maunya berleha-leha. Esoknya lakukan itu secara rutin. Ketika melihat si ayah angkat sapu-sapu halaman yang kotor karena banyak runtuhan daun2, segera ambil alih untuk menyapunya, esok harinya lakukan itu secara rutin. Bangunlah lebih pagi supaya waktunya lebih banyak manfaatnya. INGAT-LAH, sudah begitu banyak pengorbanan yang dilakukan oleh para orang tua (nenek angkat dan ayah angkat) untuk mu wahai remaja perempuan, jangan terus menerus memperbudak mereka (wong sepuh: nenek angkat dan ayah angkat) seumur hidupnya. Jangan sampai menyesal, belum bisa membalas budi baik mereka, hanya menguras uang dan tenaga si ayah angkat saja, tetapi kamu sudah dewasa, menikah, berumah tangga, mengikuti suami, kembali kepada orang tua kandung dan meninggalkan si ayah angkat selamanya. Hiduplah dengan jujur dan sederhana, jangan pernah lagi berpura-pura karena meskipun nenek angkat dan ayah angkat bisa kamu bohongi, tetapi Tuhan Maha Melihat dan Mengetahui apa yang sudah kamu lakukan selama ini.
Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua bahwa jangan hanya MENEMANI saja tetapi justru malah MEMBEBANI wong sepuh, TETAPI selayaknya MENEMANI DAN MEMBANTU mengurangi beban wong sepuh.
"Kebenaran dan Kejujuran itu terkadang menyakitkan, tetapi HARUS dituliskan dan diungkapkan agar menjadi pelajaran dalam kehidupan yang akan datang"
#bukamata #bukahati #didikyangmuda
Have a nice Monday...!
immawa
28 Maret 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar