Senin, 05 April 2021

Family - Part 3: Mitra yang saling bekerjasama

 

Sumber gambar: spartabadmintonclub

Family atau keluarga adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap yang sama, yang memiliki ikatan ketergantungan satu sama lainnya. Menurut Salvicion dan Celis (1998), dalam keluarga terdapat lebih dari dua pribadi yang tergabung, karena hubungan darah, karena hubungan perkawinan, ataupun karena pengangkatan. 

Saya pernah membahas tentang Family (keluarga) 2 kali ya, pertama bisa dibaca disini http://immabook.blogspot.com/2011/08/familyistana-terindah-yang-kita-miliki.html dan kedua bisa dibaca disini http://immabook.blogspot.com/2011/12/family-part-2-istana-terindah-yang-kita.html. Apa bedanya sekarang membahas tentang Family (keluarga) lagi?.. Sekarang bisa fokus ke family - keluarga gabungan antara hubungan darah - perkawinan - dan pengangkatan. Ini menarik untuk dibahas.

Sering kita mendengar ataupun membaca banyaknya permasalahan-permasalahan yang dialami dalam suatu keluarga, seperti yang sudah pernah saya tuliskan di 'family part 1' dan 'family part 2'. Apapun itu, banyak hal yang bisa terjadi, sebagaimana yang pernah saya tuliskan dulu bahwa family yang terikat karena hubungan pernikahan ini berasal dari keluarga dengan kebiasaan yang berbeda. Jadi, pastinya selalu ada hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Masih ingat kan tulisan saya tentang 'sendok dan garpu' atau 'rel kereta api', itulah family dalam hubungan pernikahan. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dengan tujuan yang sama. Satu sama lain saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. 

Ingat, saling bekerjasama, bukan mempekerjakan salah satunya. Bekerjasama-pun harus konsisten dengan apa yang sudah disepakati di awal. Itu penting !!  Jika dalam satu hubungan ini tidak terjalin kerjasama yang baik, tapi justru malah fokusnya mempekerjakan salah satunya, ini akan memberikan dampak negatif bagi salah satunya. Mungkin di awal-awal akan baik-baik saja, tapi bisa jadi salah seorang yang merasa dipekerjakan akan merasa lelah. Ini berbahaya dalam suatu hubungan. 

Misalkan, si suami bekerja, si istri ibu rumah tangga. Masing-masing memiliki peran dan tugas sesuai dengan yang harusnya dilakukan. Begitupun sebaliknya, jika suami bekerja dan istri bekerja di luar rumah. Tanggung-jawab istri pekerja akan jauh lebih banyak karena secara otomatis dia juga harus bisa mengerjakan semua hal yang ada di rumah sebelum dia pergi bekerja keluar rumah. Jika dalam satu keluarga itu ada ayah-ibu-dan anak2, mereka semua adalah satu kesatuan yang seharusnya SALING BEKERJASAMA.  Bukan hanya ayah dan ibu yang bekerja keras, tetapi anak-anak pun juga harus diajari untuk bisa memahami hak dan kewajibannya sebagai seorang anak. Jika semua hak-hak nya telah terpenuhi dengan baik, maka seharusnya seorang anak juga harus melaksanakan kewajibannya dengan baik pula. 

Seharusnya jika hal diatas itu berjalan dengan baik, mestinya tidak akan ada permasalahan ya.. πŸ˜„.. Tetapi faktanya kan tidak seperti itu. Ada pasangan yang fokus masalahnya pada diri mereka sendiri, ada juga bermasalah antara menantu dan mertua (kasus ini banyak sekali terjadi), ada juga bermasalah antara ayah dengan anak sambungnya, ada yang anak dengan ibu sambungnya, dan masih banyak lagi. Sudah banyak sekali bahasan-bahasan seperti ini dan banyak juga saran-saran solusi mengatasi permasalahan tersebut. Tetapi balik lagi, selalu saja ada kan kasus-kasus seperti itu.

Saya contohkan saja kalau kita kembali ke masa kecil kita. Ketika kita bermasalah dengan ayah/ibu kita, misalkan kita melakukan kesalahan dan dimarahi oleh ibu/ayah kita, sebesar apapun marahnya mereka kepada kita, kita pun juga marah, tetapi selalu bisa berakhir dengan berbaikan dan berpelukan. Kenapa??? karena kita menghadapi permasalahan itu saat itu, dan tidak pernah lari dari masalah. Sementara, seringkali dan banyak terjadi kasus ketika ada permasalahan antara ayah-ibu-anak, maka salah satu selalu lari dari permasalahan itu, lari ke tempat lain yang masih ada hubungan keluarga tadi, misalkan ke nenek/kakek. Salahnya lagi, di tempat pelarian ini justru merasa mendapat perlindungan, bukannya dinasehati seperti "kamu harus pulang, minta maaf, tidak boleh bersikap seperti itu pada orang yang lebih tua, apapun itu", malah diberikan fasilitas, semacam "ya, sudah kamu disini saja" πŸ˜„πŸ˜„. Ini yang semakin memperbesar permasalahan. 

Pihak luar ini harusnya bisa menjadi tokoh yang netral, bukan malah menjadi kompor mledug πŸ˜„πŸ˜„, karena bagaimanapun yang namanya family - keluarga yang terdiri dari ayah-ibu-anak pastinya mempunyai tujuan ke arah yang baik. Dan seringkali anak-anak itu tidak paham, bahwa ketika orang tuanya itu cerewet, semuanya adalah untuk kebaikan dia. Mengajari disiplin, rapi, rajin, semua itu nantinya untuk kebaikan dia sendiri. Karena dalam hidup itu memang harus ada aturan, kalau tidak mau ada aturan ya bagaimana..???... di hutan belantara saja juga ada hukum alam, apalagi di dunia manusia 😁

Jadi, apa yang perlu digarisbawahi dalam family kali ini..? Ya, bahwa sebenarnya apapun permasalahan dalam sebuah keluarga, tidak seharusnya pihak luar meskipun itu ada hubungan darah, terlalu ikut campur dan ikut membuat keputusan sendiri. Hal itu sebaiknya tidak dilakukan, biarkan satu bagian terkecil yang terdiri dari ayah-ibu-anak itu menyelesaikan permasalahan mereka di rumah mereka tanpa harus ada salah satu yang selalu lari dan dilindungi. Selayaknya seperti itu.

Ibarat pepatah 'bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian', itulah seharusnya sebuah kehidupan berjalan. Setiap orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Mengajari bagaimana kerasnya hidup supaya bisa menghadapi kehidupan ke depannya dengan baik karena apa yang nanti akan dihadapi ke depan itu tidaklah mudah. Ketika seseorang terbiasa dengan kemudahan-kemudahan, keteledoran-keteledoran, kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, maka itu akan menyengsarakan dirinya sendiri di masa depan. Apakah seseorang itu merasa tertekan dengan kedisplinan...?, tertekan dengan hal-hal yang rapi...? sementara semua haknya telah dipenuhi dengan baik, sepertinya hanya Tuhan yang bisa membukakan mata hatinya tentang sebuah kebiasaan yang baik. Sesuatu yang terkesan sulit, jika kita lakukan secara terus menerus, konsisten, akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak sulit lagi. Kita ibaratkan seperti bangun di 1/3 malam, sepertinya berat, tetapi ketika kita memiliki niat yang tulus dan kuat, maka hal itu bisa kita lakukan, dan menjadi sebuah kebiasaan. 

Tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada manusia yang selalu benar. Kebenaran dan kesempurnaan itu hanya milik Tuhan, Pencipta alam semesta. Keep fighting...!


sepenuh cinta dari hatiku untukmu
imma-san
05 April 2021

Tidak ada komentar: